TEAM KEPARAT Headline Animator

Senin, 25 Januari 2010

jalur pendakian gunung argopuro


Gunung Argopuro atau Argopura (3.088 m.dpl), termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak, terdapat ± 14 puncak di jajaran Pegunungan Iyang. Terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan berada dalam pengawasan Sub BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) wilayah Jember. Gunung Argopuro merupakan gunung yang mempunyai jalur pendakian terpanjang diantara jalur gunung-gunung di Pulau Jawa lainnya. Memiliki peninggalan bersejarah dari Zaman Prasejarah hingga masa pendudukan Jepang.
Jalur Pendakian

Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat 2 jalur utama yang umum dipakai oleh para pendaki, yang pertama adalah lewat Baderan, Besuki atau lewat Desa Bremi, Probolinggo. Tapi umumnya para pendaki menggunakan Jalur Bremi, Probolinggo menuju Baderan Situbondo. Beberapa alasan adalah jalur tersebut lebih dekat menuju puncak, juga jika sekalian ingin melakukan pendakian Rally di sejumlah gunung-gunung yang berdekatan, biasa disebut Gorajen (Argopuro, Raung dan Ijen).

gunung argopuro

Perjalanan ke Gunung Argopuro ini rata-rata membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam untuk naik dan 11 jam untuk turun, dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu pakaian hangat dan perlengkapan tidur (sleeping bag, matras, tenda dsb.) serta perlengkapan masak adalah keharusan.
Jalur Bremi

Untuk mencapai Desa Bremi (960 m.dpl) sangat mudah karena ada bis umum yang menuju desa ini 2 (dua) kali sehari dari terminal bis Probolinggo lama, jam 06.00 pagi dan jam 12.00 siang, yang tarifnya Rp.3.500,- atau dari Terminal Bayuangga, Probolinggo naik bis atau minibus menuju Pajarakan dengan tarifnya Rp. 1500,-, karena disini ada minibus menuju Desa Bremi yang tarifnya Rp.3.500,-. Tetapi bila pergi berombongan, dari Terminal Bayuangga ada minibus yang dapat membawa kita langsung ke Bremi.

Sampai di Bremi, kita harus melapor pada petugas KSDA dan POLSEK Krucil di Bremi untuk meminta ijin melakukan pendakian dan usahakan pendakian kita lakukan pada pagi hari.

Di Bremi sebaiknya kita menginap untuk melanjutkan perjalanan pagi harinya. Di desa ini, terdapat penginapan relatif murah.Untuk menginap kita bisa menghubungi Pak Bawon atau masyarakat setempat tentang yang mengelola penginapan. Salah satunya adalah penginapan bekas peninggalan Belanda yang memiliki ciri bangunan yang khas.

Esok harinya kita berjalan menyusuri jalan berbatu, menuju Perkebunan “Air Dingin”, mendekati gerbang Perkebunan berbelok kekanan menuju Danau Taman Hidup (1.900 m.dpl). Perjalanan melewati hutan alam produksi dan hutan pinus dan kita akan menjumpai banyak tanjakan yang mempunyai kemiringan yang tinggi. Perjalanan membutuhkan waktu 4 jam pendakian kita akan sampai di Taman Hidup. Danau Taman Hidup merupakan sebuah danau yang sangat indah, disekelilingnya terdapat lereng-lereng gunung yang mempunyai vegetasi yang rapat. Keanekaragamam hewan air bisa kita jumpai serta binatang banyak berkeliaran.

Di sepanjang jalan, terutama di awal-awal perjalanan lewat jalur Bremi akan kita temui banyak lintah dan tumbuhan api-api di kanan-kiri. Jadi sebaiknya lindungi diri dengan baju lengan panjang dan pelindung kaki (gaiter).

Setelah berjalan 7 jam melalui perkebunan damar dan hutan tropis dari Bremi, kita akan sampai di Aeng Kenek. Sesampai di Aeng Kenek, kita menempuh perjalanan 1 jam lagi, dan kita sampai di Aeng Poteh atau Cisentor, yang merupakan persimpangan jalan menuju puncak dan ke arah Baderan.

Di Aeng poteh, terdapat air sungai yang mengalir jernih,yang bewarna keputih-putihan. Karena itulah tempat ini dinamakan Aeng Poteh (aeng = air, poteh = putih).

Di Aeng Poteh/persimpangan Cisentor, pada bulan-bulan tertentu seperti bulan September akan kita jumpai tikus-tikus hutan yang amat banyak dan hiperaktif. Tikus-tikus ini berani mendekati kita dan tak segan-segan untuk menggigit carrier untuk menda\npatkan makanan di dalamnya. Jadi pastikan bahwa carrier kita terlindungi dengan baik. Begitu juga dengan kerapatan pintu tenda, karena bukan tak mungkin tikus-tikus akan menyelinap masuk dan bermain-main di kontur wajah kita.

Setelah perjalanan sekitar 1 jam 45 menit menuju puncak, kita akan melewati Rawa Embik, dimana terdapat sungai yang merupakan tempat minum kambing-kambing gunung. Disepanjang perjalanan banyak tempat untuk mendirikan tenda, dan air tersedia cukup melimpah. Perlu 1 jam perjalanan lagi untuk mencapai Puncak Rengganis (2.920 m.dpl).

Di Gunung Argopuro, puncak yang sering dikunjungi adalah Puncak Rengganis, Puncak Argopuro (3.088 m.dpl) jarang dikunjungi karena jalannya tertutup hutan lebat. Di Puncak Rengganis ini pernah ditemukan arca Dewi Rengganis, yang menurut cerita adalah putri Raja Majapahit terakhir, Raden Brawijaya, yang melarikan diri dan menyepi di Gunung Argopuro. Di puncak ini masih ditemukan petilasan Candi yang telah runtuh.

Puncak Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang. Menurut kepercayaan setempat di Puncak Rengganis ini terdapat pusat kerajaan para lelembut (jin). Sehingga dari waktu kewaktu ada para pengunjung yang menaruh sesajian di Puncak Rengganis ini.
Jalur Baderan

Untuk capai Desa Baderan, dari Surabaya kita menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan menuju Banyuwangi turun di Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (725 m.dpl), yang jaraknya 22 km dari Besuki, dengan menggunakan angkutan umum (Rp. 1500, siang).

Sebelum mendaki kita harus melapor pada petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan menyiapkan air disini, karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air (5 jam perjalanan dari Baderan). Dari Baderan kita menuju Cemoro Panjang (2.141 m.dpl), selama 7 jam perjalanan, melewati Sumber Air (1.710 m.dpl). Hutan yang dilalui adalah hutan pinus dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju Alun-alun Kecil (2.040 m.dpl), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan dilanjutkan menuju Alun-alun Besar atau yang lebih dikenal dengan Sikasur (2.500 m.dpl), selama 2 jam 45 menit.

Perjalanan 3 jam dari Cikasur kita sampai di Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor, pertigaan Baderan - Puncak - Bremi. Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun lewat Bremi selama 11 jam, atau kembali lewat Baderan selama 13 jam.

Sikasur, berupa padang rumput yang luas, sangat bagus untuk dijadikan camp, karena terdapat sungai kecil yang mengalir jernih dihiasi tumbuhan Selada air (penduduk setempat menyebutnya Arnong). Di Sikasur ini juga terdapat bekas lapangan terbang yang dibuat oleh A.J.M Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan terbang tersebut, konon digunakan untuk kegiatan pembudidayaan rusa yang didatangkan dari luar, sisa-sisa populasi masih ada tetapi semakin berkurang.

Jika ingin mendaki Gunung Argopuro, terlebih dahulu kita harus meminta ijin ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan alamat, Jl. Jawa 36, Jember 68101, telp. (0331) 85079. Di Bremi, kita harus melaporkan diri dulu di Pos Sub KSDA Pegunungan Yang Barat di Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi.
[triman]

THE MOUNTAIN CLIMBING LANE OF ARGOPURO


Mount Argopuro or Argopura (3088 m.dpl), including species which has many peaks, there is  ± 14 peaks in the range Iyang Mountains. Located in Probolinggo District of East Java and in the supervision of Sub BKSDA (Center of Natural Resources Conservation) Jember area. Argopuro mountain is the mountain that has the longest route between point of the mountain on the island of Java. Has a historical legacy from the prehistoric era to the Japanese occupation period.

The route to Mount Argopuro there are 2 main routes used by the climbers, the first is through Baderan, or through the village Besuki Bremi, Probolinggo. But climbers generally use Bremi, Probolinggo to Baderan Situbondo. Some of the reasons is the way closer to the top, also if you want to climb Rally in nearby mountains, commonly called Gorajen (Argopuro, roar and Ijen).

Mount argopuro

The trip to Mount Argopuro average takes about 20 hours to go up and 11 hours to come down, thus we must set up a tent on the trip. Therefore, warm clothing and blankets (sleeping bags, mattresses, tents, etc..) Just as cooking equipment is a necessity.

Bremi Line

To reach the village Bremi (960 m.dpl) is very easy because there are public buses to the village is 2 (two) times a day from the old bus station in Probolinggo, 06.00 am and 12.00 noon hour, the rate Rp.3.500, - or from Terminal Bayuangga, Probolinggo bus or minibus to collect Rp Pajarakan. 1500, -, because here there are minibuses to the village Bremi rate Rp.3.500, -. However, if you go in groups, from the terminal Bayuangga minibuses that can take us directly to Bremi.

Until Bremi, we must report to the police and the KSDA in Bremi Krucil ask permission to do the climb and keep climbing we did in the morning.

In Bremi we must stay to continue the journey in the morning. In this village, there are relatively murah.Untuk overnight accommodation we can contact Mr. Bawon or local communities about who manages the inn. One of them is Dutch heritage inn has distinctive characteristics of the building.

The next day we walked along the gravel road toward Plantation œAir Dinginâ € â €, approached the gate to the plantation turned kekanan Lake Park Life (1900 m.dpl). Travel through the production of natural forests and pine forests, and we will find that many airlines that have a high slope. The journey takes 4 hours of hiking we will arrive at Park Life. Lake Park Life is a beautiful lake, there are some slopes with dense vegetation. Keanekaragamam animals can be found around water and many animals.

Along the way, especially at the beginning of the journey through our Bremi will meet a lot of leeches and vegetation fires on both sides. So to protect yourself with long sleeves and protective leg (gaiter).

After a 7-hour walk through the tropical forest plantations and resin from Bremi, we will reach Aeng Kenek. Arriving at Aeng Kenek, we went 1 hour, and we got to the Aeng Poteh or Cisentor, which is crossing the road to the top and the Baderan.

In Aeng poteh, there is clear water flow, which bewarna white. That's why this place is called Aeng Poteh (= Aeng water, white = poteh).

In Aeng Poteh / Cisentor crossing, in certain months in September as we will find the forest rats very much and hyperactive. These mice dared approach us and do not hesitate to bite the bearer to obtain \ npatkan food in it. So make sure that our airlines are well protected. So is the density of the tent, because it is very possible that the mice would sneak in and play on the contours of our faces.


After traveling approximately 1 hour 45 minutes to the summit, we will pass bleating Slough, where there are drinking river mountain goat. Along the way many places to set up tents, and water is abundant. Need more 1 hour journey to reach the top Rengganis (2920 m.dpl).

At Mount Argopuro, this peak is often Rengganis Peak, Peak Argopuro (3088 m.dpl) rarely visited because of jungle covered roads. Above this Rengganis ever found Rengganis Goddess statue, which according to the story is the daughter of the last king of Majapahit, Brawijaya Raden, who fled and seclusion in Mount Argopuro. At the top of the ruins are still found petilasan temple.

This Rengganis Peak, is a former crater sulfur. According to local belief in the Top Rengganis a royal center lelembut (genie). So from time to time there are visitors who put the offerings in this Peak Rengganis.

To reach the village of Baderan Line Baderan, we are from Surabaya to Probolinggo by bus. Then hold down the Banyuwangi Besuki. From Besuki forwarded to besa Baderan (725 m.dpl), a distance of 22 km from Besuki, using public transportation (U.S. $ 1500, afternoon).

Before the climb we had to report to the KSDA officers and local police to ask for permission and set up water here, because the water is only we will find the source of water (5 hours drive from Baderan). From Baderan us to Cemoro Long (2141 m.dpl), during the 7-hour journey, through the Water Resources (1710 m.dpl). Through forests of pine forests and natural forests. The length of our Cemoro into the town square of Small (2040 m.dpl), about 1 hour and 15 minutes, and continued toward the Great Square, better known by Sikasur (2500 m.dpl), for 2 hours and 45 minutes.

The journey of 3 hours we arrived at Poteh or Cikasur Aeng Cisentor crossing, crossing Baderan - Peak - Bremi. Argopuro down from above, we can select down through Bremi for 11 hours, or go back through Baderan for 13 hours.

Sikasur, a vast prairie, very good for a camp, because there is a small river flowing clear water lettuce decorated with plants (locally called Arnong). In this case the former airfield Sikasur made by AJM Ledeboer in the late 1940s. Airport, deer who allegedly used for agricultural activities imported from outside, the remains of people still there but less and less.

If you want to climb Mount Argopuro, we must first ask permission to BKSDA (Conservation Center of Natural Resources) in Surabaya, East Java Or could also into the Central District Natural Resources Conservation II of East Java with an address, Jl. 36 Java, Jember 68101, tel. (0331) 85,079. In Bremi, we must first report to the Sub Post Krucil KSDA Mountains in the West, is located 2 km before Bremi.

[TRYMAN]

jalur pendakian gunung raung


Gunung Raung 3.332 (m dpl), berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan sekitar 750 m x 2,250 m dan masih selalu mengeluarkan asap dan semburan api. Tercatat sejak tahun 1593 telah mengalami letusan sebanyak 57 kali.

Di puncak Gunung Raung sering bertiup angin kencang dan turun hujan menyebabkan keadaan puncak sangat dingin, sampai mencapai 2- 10 derajat, jadi sebaiknya pakaian hangat harus dibawa saat melakukan pendakian.

Gunung Raung

Sebelum mendaki Gunung Raung sebaiknya persiapan logitik dan fisik perlu di persiapkan lebih matang karena kawasan Gunung Raung masih tertutup sehingga gunung ini belum banyak yang mendakinya. Bila terjadi keadaan emergensi kita bisa menghubungi masyarakat setempat.Untuk ijin pendakian kita harus ijin terlebih dahulu ke PERHUTANI daerah Sumber Wringin.
Jalur Pendakian

Untuk mencapai puncak Gunung Raung, Jalur dari arah Bondowoso-Sumber Wringin adalah jalur paling sering digunakan sebagai jalur pendakian, sedangkan jalur dari arah Banyuwangi-Bajulmati yang jarang dilalui karena medan pendakian yang cenderung menanjak dan curam. Dari arah Bondowoso kita menuju ke Wonosari dengan minibus lalu kita teruskan menuju ke desa Sukosari . Dari desa Sukasari kita teruskan ke desa Sumber Wringin dengan naik kendaraan angkutan pedesaan. Perjalanan membutuhkan waktu 1,5 jam.

Di Sumber Wringin kita turun di pasar. Dari Pasar Sumber Wringin kita menuju jalan kearah Pondok Motor yang letaknya sekitar 200 meter. Selama perjalanan dari Sumber wringin ke arah Pondok Motor (1 jam) melalui pohon - pohon pinus yang tertata rapi dan di sekitar jalan akan menjumpai beberapa pondok di ladang penduduk dan bisa di gunakan untuk istirahat. Dari Sumber Wringin bisa juga naik kendaraan tetapi jarang, hanya truk milik perkebunan kopi.

puncak raung

Setelah sampai di Pondok Motor akan menjumpai sebuah pondok pendaki. Dari Pondok Motor perjalanan pendakian kita mulai melewati tegalan sepanjang 0,5 Km ke arah Barat Daya,. Kemudian berjalan sekitar 30 Menit akan sampai di ketinggian 1.300 m.dpl . Dari sini perjalanan kita lanjutkan menuju ketinggian 1.600 m.dpl yang membutuhkan waktu 30 menit .

Dari ketinggian 1.600 m.dpl pendakian menuju ke Pondok Sumur (1.750 m.dpl). Perjalanan dari ketinggian 1.600 m.dpl menuju ke Pondok Sumur membutuhkan waktu 0,5 jam. Dari Pondok Sumur perjalanan mulai sulit dan tertutup semak belukar, setelah 2 jam pendakian melewati hutan cemara dan pakis - pakisan dan padang rumput, kita akan sampai di Pondok Demit dan kemudian dari Pondok Demit kita menuju ke Pondok Mantri yang memakan waktu sekitar 7 jam. Pondok Mantri merupakan perbatasan hutan dengan batuan di sekitar puncak pada ketinggian 2.900 m.dpl, disini kita bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Dari pondok Mantri berjalan diteruskan melewati pinggir kaldera selama 1 jam akan sampai di sekitar kaldera Gunung Raung. Total pendakian dibutuhkan waktu sekitar 9 jam.dan turunnya di perlukan 5 jam.

kawah

Sesungguhnya, selain puncak Raung 3.332 m dpl masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tak dapat mendaki ke sana karena selain tidak ada jalan, hutannya juga terlalu lebat.

Puncak Gunung Raung merupakan kawah yang sangat luas dan sangat indah tapi jalan menuju ke puncak sangat sulit. Di puncak Gunung Raung kita bisa meyaksikan panorama kaldera Gunung Raung yang indah dan mempunyai kedalaman yang curam.

raung

Dalam perjalanan ke puncak Gunung Raung tidak ada mata air. Sebaiknya, untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber \nLekan. Untuk mendaki Gunung Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin.

RAUNG MOUNTAIN CLIMBING LANE


mountain raung 3332 (m asl), located in the mountains and includes Ijen volcano is still active with the type Stratovolcano, having circular caldera at its peak (circle), Caldera Raung has broad dimensions of about 750 mx 2.250 m and it is always smoke and fire. Recorded since 1593 has experienced as many as 57 times the eruption.

At the top Raung often blowing winds and rain caused the top of a very cold conditions, to reach 2-10 degrees, so warm clothing should be taken during the ascent.

mountain Raung

Before ascending roar logistik and better preparation to be prepared physically more mature because of the roar is still closed so there is not much mountain climbing. In the case of an emergency we can contact people climb our .for permission must first consent to the Source Wringin Perhutani.

Climbing Line To reach the summit of Mt roar, from the point-source path Wringin Bondowoso is most often used as a climbing lane, while the path from Banyuwangi-Bajulmati less traveled because the field tends to go up into the hills and steep. From the direction we are headed Bondowoso Wonosari by minibus and then we went to the village SUKOSARI. From the village we continue Sukasari Wringin Source villages with rural transport rises. The journey takes 1.5 hours.

On the Source of our Wringin down in the market. Market sources of our Wringin Motor road to cottage lying about 200 meters. During the journey from source to the cabin Wringin Motor (1 hour) through the trees - pine trees and neatly in the surrounding streets will find a few huts in the fields of population and can be used to rest. From Source Wringin can also ride a vehicle but rarely, only coffee plantation owned trucks.

peak roared after arriving at the Pondok Motor will find a climbers hut. Motor trip from the hut we started to climb through the field along the 0.5 Km to the South West. Then walk about 30 minutes to reach the height of 1300 m.dpl. From here we continue the journey towards 1600 m.dpl altitude takes 30 minutes.

rom a height of 1600 Pondok m.dpl up to the Well (1750 m.dpl). The journey from 1600 to the cabin altitude m.dpl Wells took 0.5 hours. From the cottage Wells began the journey difficult and closed scrub, after 2 hours of hiking through pine forests and ferns - pakisan and grasslands, we will reach and then Demit Pondok Pondok Demit of our account officer went to the hut takes about 7 hours. Asking orderly stone forest on the border with the peak at an altitude of about 2900 m.dpl, here we can set up tents for the night. Mantri walk from the cabin through the edge of the caldera continued for 1 hour will arrive around the caldera roar. Total ascent takes about 9 jam.dan reduction requires 5 hours.

crater

Indeed, besides the peak at 3332 m above sea level there is the roar of the higher peaks, but we can not climb in there because there is no other way besides, the forest is too dense.

Roared the top of the crater is very large and very beautiful but the road leading to the top is very difficult. At the top we could Raung Raung meyaksikan caldera and has a beautiful panorama of the steep depth

On the way to the top Raung no springs. Instead, be prepared for water at the source or sources in Wringin \ nLekan. Ascend Raung special permission is not needed, we only need to report to village officials in Wringin Source.

[TRYMAN]

Minggu, 24 Januari 2010

jalur pendakian gunung ciremai


Gunung Ciremai (3.078 mdpl) merupakan gunung berapi yang masih aktif dan bertipe Strato. Secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare. Gunung Ciremai memiliki dua kawah utama, Kawah barat dan Kawah Timur, serta kawah letusan kecil Gua Walet.

Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT. Gunung ini memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya di pulau Jawa, seperti juga Gunung Slamet, gunung ini terpisah dari gunung-gunung tinggi lainnya, tetapi Gunung Ciremai ini lebih dekat dengan Laut Jawa. Kegiatannya yang terakhir tercatat pada tahun 1973, berupa gempa tektonik yang cukup kuat.
kawah ciremai

Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, dapat didaki dari arah timur melalui Linggarjati (580 m.dpl), dari arah selatan melalui Palutungan (1.227 m.dpl) dan dari arah barat melalui Maja (lewat Apui dan lewat Argalingga). Jalur Linggarjati dan jalur Palutungan adalah jalur yang paling banyak dilalui, dan merupakan jalur yang dianjurkan oleh pihak PERHUTANI pengelola kawasan hutan di sekitar Gunung Ciremai.Desa Linggarjati merupakan gerbang utama pendakian ke Gunung Ciremai. Untuk mencapainya, dari terminal Cirebon atau dari Jakarta, kita naik bus jurusan Kuningan dan turun di Terminal Cilimus atau di pertigaan menuju pusat Desa Linggarjati, dan meneruskan perjalanan ke Desa Linggarjati dengan minibus.

Di Desa Linggarjati ini terdapat penginapan, salah satunya adalah Pesanggrahan di kawasan Taman Wisata Linggarjati Indah dan Siliwangi Park Resort. Walau begitu kita bisa dengan mudah mendapatkan tempat bermalam di Balai Desa atau dirumah-rumah, dengan biaya sukarela saja. Walaupun warung-warung juga tersedia, bila bermalam di rumah-rumah penduduk ini, kita bisa memasak sendiri.

Fasilitas telepon kartu dapat kita jumpai di Taman Wisata Linggarjati Indah, dan WARTEL hanya tersedia di Cilimus, dimana kita bisa menerima dan mengirim facsimile (Telp/Fax No. 0232-63112). Desa Linggarjati merupakan desa yang bersejarah, dimana kita bisa mengunjungi Gedung Linggarjati, yang dijadikan museum untuk mengenang perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan tahun 1946. Setelah pendakian, bila ingin menikmati mandi air panas yang alami, kita bisa menuju ke Desa Sangkan Hurip, ± 4 km ke arah timur Linggarjati, dimana terdapat permandian air panas yang mengandung yodium, berbeda dengan tempat lain yang biasanya mengandung belerang. Kita juga bisa berwisata di Taman Wisata Linggarjati Indah, dimana tersedia fasilitas kolam renang.
Jalur Linggarjati

Jalur pendakian dari Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Dibandingkan dengan jalur lain, jalur Palutungan misalnya, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Di jalur ini air hanya terdapat di Cibunar.

Dari Desa Linggarjati berjalan lurus, kurang lebih 1/2 jam, mengikuti jalan desa melewati hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 m.dpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, ke arah kiri menuju sumber air dan lurus ke arah puncak. Kalau tidak bermalam di Desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar ini.
crater

Persediaan air hendaknya dipersiapkan disini untuk perjalanan pulang pergi, karena setelah ini tidak ada lagi mata air. Dari Cibunar, kita mulai mendaki melewati perladangan dan hutan Pinus, dan kita akan melewati Leuweung Datar (1.285 m.dpl), Condang Amis (1.350 m.dpl), dan Blok Kuburan Kuda (1.580 m.dpl), disini kita dapat mendirikan tenda. Dari Cibunar sampai ke Blok Kuburan Kuda dibutuhkan waktu kira-kira 3 jam.

Jalur akan semakin curam dan kita akan melewati Pengalap (1.790 m.dpl) dan Tanjakan Binbin (1.920 m.dpl) dimana kita bisa temui pohon-pohon palem merah. Selanjutnya kita lewati Tanjakan Seruni (2.080 m.dpl), dan Bapa Tere (2.200 m.dpl), kemudian kita sampai di Batu Lingga (2.400m.dpl), dimana terdapat sebuah batu cukup besar ditengah jalur. Menurut cerita rakyat, dasar kawah Gunung Ciremai sama tingginya dengan Batu Lingga ini. Perjalanan dari Kuburan Kuda sampai ke Batu Lingga ini memakan waktu sekitar 3 - 4 jam. Di beberapa pos, kita dapat jumpai nama tempat tersebut, walaupun kadang kurang jelas karena dirusak.
ciremai

Dari Batu Lingga kita akan melewati Sangga Buana Bawah (2.545 m.dpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 m.dpl), mulai di jalur ini kita bisa memandang kearah pantai Cirebon. Burungburung juga akan lebih mudah kita jumpai di daerah ini, dan selanjutnya kita akan sampai di Pengasinan (2.860 m dpl), yang dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari Batu Lingga. Di sekitar Pengasinan ini akan dijumpai Edelweis Jawa (Bunga Salju) yang langka itu, namun dari waktu ke waktu semakin berkurang populasinya. Dari Pengasinan menuju puncak Sunan Telaga atau Sunan Cirebon (3.078 m.dpl) masih dibutuhkan waktu sekitar 0,5 jam lagi, dengan melewati jalur yang berbatu-batu.

Dari puncak, akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang fantastis. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik ke arah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit dari arah Laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8 -13 C. Dari puncak ke arah kanan kita bisa menuju ke kawah belerang yang ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya, diperlukan waktu 2,5 jam.

Dari Puncak kearah kiri 15 - 20 menit perjalanan, kita akan jumpai 3 buah cerukan, yang posisinya lebih rendah dari puncak dinding kawah, tempat yang cukup nyaman untuk bermalam dan berlindung dari tiupan angin kencang dari arah kawah.

Perjalanan mendaki puncak Gunung Ciremai rata-rata membutuhkan waktu 8-11 jam dan 5-6 jam untuk turun, dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu perlengkapan tidur (sleeping bag, tenda dsb.), dan perlengkapan masa adalah suatu keharusan.

Pendakian pada musim kemarau cukup menyenangkan karena cuaca lebih bersahabat, dan kondisi medan tidak terlalu licin, serta pemandangan lebih cerah.
Jalur Palutungan
tngc

Jalur Palutungan tidak terlalu curam seperti jalur Linggarjati, tetapi kita harus menambah waktu tempuh 2-3 jam. Dari Terminal Kuningan kita bisa langsung menuju Desa Palutungan yang jaraknya 9 km dengan Angkutan Pedesaan. Fasilitas telepon Interlokal terakhir tersedia di Kuningan. Di Palutungan hanya ada toko-toko kecil, maka sebaiknya keperluan logistik untuk bekal pendakian dipenuhi di Kuningan. Di Desa Palutungan terdapat areal perkemahan yang bernama Bumi Perkemahan Erpah, perjalanan hanya membutuhkan waktu 10 menit, dan setiap hari libur banyak pengunjung berwisata di tempat ini. Persedian air untuk pendakian sebaiknya disiapkan di desa ini dan untuk menginap.

Dari Palutungan pendakian kita teruskan melalui Cigowong Girang (1.450 m.dpl), selama 3 jam perjalanan, dimana terdapat sebuah sungai kecil yang lebarnya ± 1 - 1,5 m. Disini kita bisa menambah persediaan air dan mendirikan tenda di tempat ini, walaupun tempatnya kurang memadai dan suhu sudah cukup dingin. Selanjutnya kita akan memasuki hutan dan melalui Blok Kuta (1.690 m.dpl) dan Blok Pangguyungan Badak (1.790 m.dpl).

Perjalanan kita teruskan dengan melewati Blok Arban (2.030 m.dpl), kemudian Tanjakan Assoy (2.108 m.dpl). Di tempat ini kita bisa beristirahat sebelum melewati tanjakan yang cukup curam. Dari Cigowong Girang diperlukan waktu 4-5 jam menuju tempat ini. Selanjutnya kita akan melewati Blok Pesanggrahan (2.450 m.dpl) dan Blok Sanghyang Ropoh (2.590 m.dpl), kemudian kita akan sampai pada pertigaan (2.700 m.dpl) yang menuju ke Apui dan ke Kawah Gua Walet. Kira-kira 2 jam waktu tempuh dari Tanjakan Assoy ke pertigaan ini. Dari pertigaan kita menuju Kawah Gua Walet (2.925 m.dpl) dan ke puncak Sunan Cirebon, yang diperlukan waktu 1,5 jam perjalanan.
Jalur Maja (via Apui, Cipanas )

Untuk mencapai kampung Apui, Cipanas. Dari arah kota Cirebon naik bus menuju ke Majalengka, lalu dilanjutkan dengan naik minibus menuju ke Maja (556 m dpl). Setelah sampai di Maja kita turun dan naik lagi Angkutan Pedesaan menuju ke Desa Cipanas. Di Desa Cipanas kita akan menemui lahan bekas perkebunan Teh Argalingga yang sangat luas tapi sekrang telah berubah menjadi lahan sayur-sayuran. Di sini saat matahari tenggelam di ufuk barat pemndangannya sangat indah.

Dari desa Cipanas, perjalanan kita teruskan menuju ke kampung Apui (1.100 m dpl) dengan angkutan pedesaan. Setiba di kampung Apui kita mempersipakan kebutuhan air karena sepanjang jalur pendakian tidak terdapat mata air. Kampung Apui, Mayoritas penduduknya Sunda dan bermata pencaharian sebagai petani sayur-sayuran. Jalan masuk ke kampung ini banyak terdapat tanjakan - tanjakan dengan kemiringan hampir 70 derajat.

Awal pendakian dimulai melewati perladangan dan hutang produksi selam 3-4 jam kita akan sampai di Berod. Disini kita akan menemui pertigaan, kita ambil yang ke arah puncak). Setiba di Berod perjalanan kita teruskan menuju ke Simpang Lima (Perempatan Alur), perjalanan memakan waktu sekitar 0,5 jam dari Berod, lalu di teruskan menuju Tegal Mersawah. Di Tegal Mersawah perjalanan langsung kita teruskan menuju ke Pangguyangan Badak. Disini kita bisa beristirahat. Perjalanan kita teruskan 2 jam lagi kita akan sampai di Tegal Jumuju (2.520 m dpl).
lereng

Dari Tegal Jumuju perjalanan kita teruskan menuju ke Sanghyang Rangkah, Selama 2 jam perjalanan. Di Sanghyang Rangkah menuju terdapat lokasi pemujaan yang sering di pergunakan oleh penduduk di sekitar lereng untuk upacara memohon keselamatan. Dari sini perjalanan kita teruskan menuju ke Gua Walet (2.925 m dpl), selama 4 jam perjalanan.

Gua walet merupakan bekas letusan yang berbentuk terowongan. Disini kita juga bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Esok harinya kita bisa menuju ke Tepi Kawah (3.056 m dpl) dan Langsung ke puncak, selam 3 jam perjalanan.

Pemanduan, Perijinan dan Keadaan Darurat
Jika ingin mendaki Gunung Ciremai kita dapat meminta ijin di PERHUTANI Kuningan dan Polisi setempat (POLSEK Kuningan), dengan alamat: PERHUTANI KPH Kuningan Jl. Siliwangi 43 Kuningan- Jawa Barat (Telp. 0232-81144). Kita juga harus mendapat Rekomendasi dari Dinas Sosial Politik (Ditsospol) Kabupaten Kuningan dan Ijin dari Kepolisian Resort Kuningan.

Bila kita mendaki lewat Desa Linggarjati, kita harus melapor ke petugas PERHUTANI, Pak Juned untuk perbaikan pondok pendaki. Pak Juned dapat memberi informasi tentang jalur pendakian Gunung Ciremai, juga bisa membantu mencarikan pemandu atau porter. Bila kita lewat jalur Apui kita melapor dahulu kepada PERHUTANI unit Apui.Untuk mencari Pemandu gunung dapat di cari di Apui. Bila terjadi keadaan darurat saat melakukan pendakian di Gunung Ciremai selain menghubungi aparat desa setempat,bisa juga menghubungi Organisasi Pencinta Alam, AKAR di Kuningan dan WANADRI di Bandung
{tryman}

CIREMAI CLIMBING LANE


Mount Ciremai (3078 mdpl) is an active volcano is still active and the type of Strato. Administratively, including in the areas of three districts, namely Kabupaten Cirebon, Kuningan District and County Majalengka, West Java Province. Now G. Ceremai included in the National Park area of Mount Ceremai (TNGC), which has an area of about 15,000 hectares. Mount Ciremai has two main crater, west and east of the crater crater, and a small explosion craters Cave Swallow.

Geographical position of a peak is located at 6 ° 53 '30 "latitude and 108 ° 24 '00" longitude. This mountain has its own unique compared to other mountains on the island of Java, as well as Mount Slamet, this mountain apart from the high mountains the other, but Mount Ciremai are closer to the Java Sea. Last activity was recorded in 1973, a tectonic earthquake strong enough. crater Ciremai

Mount Ciremai is the highest mountain in West Java, can rise from the east via Linggadjati (580 m.dpl), from the south through Palutungan (1227 m.dpl) and from the west by Maja (Apui through and through Argalingga). Linggadjati Palutungan Line and the line is the path to go, and the path advocated by Perhutani forest managers around Mount Ciremai.Desa Linggadjati is the main gateway to the ascent of Mount Ciremai. To achieve this, from terminal or from Jakarta Cirebon, we took the bus and get off at Terminal Brass Cilimus or fork into the village center Linggadjati, and went to the village Linggarjati by minibus.

In this village there is an inn Linggarjati, one of which is in the area Linggadjati Park Guesthouse Beautiful and Siliwangi Park Resort. Even so we can easily find a place to spend the night at the Town Hall or at homes, with all voluntary fee

Card phone facilities can we encounter in Taman Indah Linggadjati, and telecom shops is only available in Cilimus, where we can receive and send facsimile (Tel / Fax No. 0232-63112). Linggadjati Village is a historic village, where we can visit Linggarjati Building, which is used as a museum to commemorate the 1946 treaty Linggarjati implemented. After the climb, if you want to enjoy the natural hot water bath, we can go to the Village Sangkan Hurip, ± 4 km to the east Linggarjati, where there is hot water bath containing iodine, unlike other places that usually contain sulfur. We also can tour the beautiful Garden of Linggarjati, where the pool facilities are available.

Line Linggadjati

Linggadjati climb is very clear, therefore become the primary choice of the climbers. Compared with other lines, such as Palutungan lines, this line is steeper Linggadjati and difficult, with slopes up to 70 degrees
From Village Linggadjati walk straight, approximately 1 / 2 hours, follow the road through the pine forest village, we will reach Cibunar (750 m.dpl). Here we met with a fork to the left toward the water source and to the top. If you do not spend the night in the Village Linggarjati, we can camp in this Cibunar.

water supply here must be ready to travel back and forth, because after this there is no longer springs. From Cibunar, we began to climb through fields and pine forests, and we will pass Leuweung Datar (1285 m.dpl), Condang Amis (1350 m.dpl), and Horse Block Grave (1580 m.dpl), here we can set a tent. From the Grave Cibunar to Block Horse takes approximately 3 hours.

Will increasingly steep road, and we will pass Pengalap (1790 m.dpl) and Rise Binbin (1920 m.dpl) where we could see the palm trees of red. Next we passed Chrysanthemum Rise (2080 m.dpl), and Father Tere (2200 m.dpl), and then we arrived at the Stone Linga (2.400m.dpl), where there is a large rock in the middle of the road. According to folklore, the crater of Mount Ciremai basic level with this Linga stone. The journey of Linga Stone Horse Tomb It takes about 3 - 4 hours. On some posts, we can find the name of the place, though sometimes less obvious because of damage.

Linga stone we will pass the Lower Sangga Buana (2545 m.dpl) and Sangga Buana Top (2665 m.dpl), starting from this point we could see up the coast of Cirebon. Burungburung also be more easily found in this area, and then we will reach marinating (2860 m above sea level), which takes about 1.5 hours from the Stone Linga. This will be found around marinating Edelweis Java (Snow Flower) is a rare, but from time to time the population decreases. From treatment to the Lake or Sunan Sunan Cirebon (3078 m.dpl) still takes about 0.5 hours, with the road through rocky.

From above, we will see the crater of Mount Ciremai scenery fantastic. When the weather cleared, we can also enjoy an interesting panorama of the city of Cirebon, Majalengka, Bandung, Java Sea, Mount Slamet and mountains in West Java. More interesting we will find the view at sunrise from the Java Sea. The temperature at the top can reach 8 -13 C. From the top to the right direction we can go to the crater taken in the sulfur 1.5 hour drive. For some peaks and craters-kawahnya, it takes 2.5 hours.

From the top to the left side 15 - 20 minutes journey, we will see 3 pieces of an overdraft, a lower position than the top of the crater walls, comfortable place to live and shelter from the wind blowing from the direction of the crater.

Climb Mount Ciremai average takes 8-11 hours and 5-6 hours to come down, thus we must set up a tent in the street. Therefore sleep (sleeping bag, tent, etc..), And equipment is a must.

Climb in the dry season because the weather is more friendly fun, and field conditions are not too slippery, and bright eyes. Line Palutungan

Palutungan point is not too steep as Linggarjati point, but we have to add 2-3 hours travel time. Brass terminal we can directly Palutungan distance to the village 9 km to the Rural Transportation. Last long-distance telephone facilities available in Kuningan. Palutungan only in small shops, the best logistics for the full packaged up in Kuningan. In the village there named Palutungan camp camping grounds Erpah, trip only takes 10 minutes, and every holiday resorts and more visitors. Water supply must be prepared to climb in this village and to stay.

From the climb we continued through Palutungan Girang Cigowong (1450 m.dpl), during the 3 hour trip, where there is a small river width ± 1-1.5 m. Here we can increase the water supply and set up tents at this place, even though this place is not sufficient and the temperature is cold enough. Next we will enter the forest and through Block Kuta (1690 m.dpl) and Block Pangguyungan Rhino (1790 m.dpl). Continuing our journey through the Block Arban (2030 m.dpl), then Rise Assoy (2108 m.dpl). In this place we can rest before passing a fairly steep incline. Cigowong Girang from 4-5 hours to take this place. Next we will pass block Guesthouse (2450 m.dpl) and Block Trans Ropoh (2590 m.dpl), then we will arrive at the T-junction (2700 m.dpl) that led to the crater and the Cave Swallow Apui. Approximately 2 hours travel time from the Rise to the fork in this Assoy. Craters of the T-junction we headed to the Cave Swallow (2925 m.dpl]


To reach the village Apui, Cipanas. From the town of Cirebon on the bus to Majalengka, followed by minibus to Maja (556 m above sea level). After Maja us down and up again to the Rural Transportation Cipanas Village. In the village we will meet former Cipanas Argalingga tea plantations but the vast sekrang has turned into vegetable fields. Here, at sunset on the western horizon was beautifull

From the village Cipanas, we will continue to travel to the village Apui (1100 m above sea level) in rural transport. Arrived in our village water demand prepared Apui along the route because there are no springs. Kampung Apui, Sundanese, and most of the population livelihood as a vegetable farmer. Sign into this village there are many rising - up to almost 70 degrees slope.

Beginning the climb begins through agricultural production and debt diving 3-4 hours we will arrive at Berod. Here we will see an intersection, we take upon). Berod arrived at our journey forward towards Simpang Lima (Junction Flow), the trip takes about 0.5 hours from Berod, and then forwarded to Mersawah Tegal. In a direct way Mersawah Tegal's move toward Pangguyangan Rhino. Here we can rest. We continued our journey 2 hours to arrive in Tegal Jumuju (2520 m above sea level). slope


From Tegal Jumuju continue our journey to Rangkah Trance, 2-hour long journey. Trans Rangkah location in there to worship is often used by residents in the surrounding slopes safety pleaded ceremony. From here we move on to the Cave Swallow (2925 m above sea level), during the 4 hour drive.

Cave swallows are former tunnel-shaped explosion. Here we can also set up tents for the night. The next day we headed to the edge of the crater (3056 m above sea level) and Jump to the top, 3-hour diving trip.

Scout, Licensing and Emergencies If you want to climb Mount Ciremai we can ask for permission in Perhutani Kuningan and the local police (police Brass), with address: Perhutani KPH Kuningan Jl. Siliwangi-43 Kuningan West Java (Tel. 0232-81144). We also have a recommendation from the Department of Social and Political (Ditsospol) District and City of Brass Brass Police Resort.

As we climbed through the village of Linggarjati, we must report to the officer Perhutani, Mr. Juned to improve cabin climbers. Mr. Juned can provide information about the route of Mount Ciremai, also can help you find a guide or porter. When we passed our first Apui line report to the unit Perhutani Apui.Untuk can find a mountain guide for Apui. When an emergency occurs while climbing on Mount Ciremai besides contacting the local village officials, the Organization may also contact the Nature Lover, at Kuningan and ROOTS Wanadri in Bandung

[TRYMAN}

jalur pendakian gunung slamet


Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan merupakan gunung tertinggi kedua di P. Jawa dengan ketinggian 3.432m. Pada masa penjelajahan dunia yang pertama Sir Frances Drake ketika melihat Gunung Slamet, segera mengarahkan perahunya dan berlabuh di Cilacap.

Gn. Slamet dapat didaki melalu 3 jalur, lewat jalur sebelah Barat Kaliwadas, lewat jalur sebelah selatan Batu Raden dan lewat jalur sebelah timur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.

JALUR BAMBANGAN

Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet.

Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.
Pertama-tama menuju pos Payung dengan keadaan medan terjal dengan arah belok kanan. Pendaki akan melewati ladang penduduk selama 1 jam. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.
Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat.
Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.

Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Adelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan.

Plawangan (lawang-pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan.

Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi.


JALUR KALIWADAS

Kaliwadas merupakan sebuah dusun yang berketinggian 1850 mdpi dan masuk wilayah Desa Dawehan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, atau tepatnya berada pada barat daya lereng Gunung Slamet. Untuk menuju Kaliwadas dapat ditempuh dari kota Bumiayu menuju Pangasinan dengan menggunakan Angkutan Pedesaan jenis Colt yang memakan waktu 2 jam. Setiba di Pasar Pangasinan, perjalanan dilanjutkan menuju Kaliwadas dengan menggunakan Jeep Hardtop atau menggunakan angkutan umum jenis kendaraan terbuka yang beroperasi hingga pukul 18.00.

Pendaki dapat menyiapkan segala perbekalan dan perizinan dari Kaliwadas ini. Kira -kira 300 m selepas jalan desa, pendaki diarahkan menuju jalan setapak. Satu jam kemudian pendaki akan melewati Tuk Suci yang oleh penduduk setempat diartikan sebagai mata air suci. Di Tuk Suci ini terdapat aliran air yang dibendung, yang berfungsi sebagai pengairan desa di bawahnya. Selepas Tuk Suci, medan mulai menanjak menembus lorong-lorong tumbuhan Bambu yang berukuran kecil. Penduduk sekitar menyebutnya Pringgodani. Enam puluh menit kemudian pendaki akan tiba di pondok Growong.

Pondok Growong merupakan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Di sekitar area ini banyak ditemukan pohon besar yang di bawahnya terdapat lubang berukuran cukup besar. Selepas pondok Growong lintasan relatif datar sampai pada sebuah jembatan kecil yang bemama taman Wlingi, yang berada di ketinggian 1953 mdpl. Di daerah ini terdapat persimpangan, lintasan yang lurus dan lebar menuju ke Sumur Penganten. Berjarak 500 m dari area terdapat sumber air, yang juga merupakan sebuah tempat keramat di mana banyak peziarah yang datang untuk meminta berkah.

Jalur ke kiri merupakan lintasan yang menuju ke puncak. Keadaan lintasan semakin menanjak. Di sepanjang lintasan mulai banyak dijumpai pohon tumbang dan pohon penyengat. Lintasan kadang tertutup oleh semak belukar sehingga pendaki harus waspada agar tidak tersesat. Lintasan mulai kembali melebar ketika pendaki melewati persimpangan Igir Manis yang berada di ketinggian 2600 mdpl. Di sekitar area ini akan didapati tetumbuhan Adelweiss dan tetumbuhan Arbei. Setelah itu pendaki akan sampai di Igir Tjowek yang berada di ketinggian 2750 mdpl. Daerah ini masuk kawasan Gunung Malang. Di sini terjadi pertemuan jalaur ini dengan jalur Baturaden. Beberapa meter kemudian barulah pendaki tiba di Plawangan.

Plawangan merupakan sebuah tanah yang cukup datar di daerah terbuka, sekaligus merupakan batas vegetasi. Untuk menuju puncak dibutuhkan waktu kira-kira 2 jam. Pendaki dapat berangkat pagi agar dapat menikmati keadaan puncak dan sekitamya dalam keadaan cuaca cerah. Selepas Plawangan lintasan semakin tajam hingga mencapai sudut pendakian 60. Selanjutnya keadaan lintasan semakfn parah dengan medan bebatuan vulkanik yang mudah longsor. Bau belerang terasa menyengat dari kawah ketika pendaki tiba di puncak bayangan. Setiba di daerah ini, pendaki tinggal melipir pada gigir kawah menuju arah timur.

Setelah melewati Tugu Surono yang berupa tumpukan batu, pendaki akan sampai di puncak tertinggi Gunung Slamet yang ditandai dengan patok triangulasi dan tower. Dulu tempat ini juga digunakan sebagai pemantauan aktivitas gunung api ini. Di puncak tertinggi kedua se-Jawa ini pendaki dapat menyaksikan pemandangan pada arah timur. Tampak beberapa puncak seperti Gunung Sumbing, Sundoro, Merbabu, Merapi, dan puncak Ciremai di arah barat. Semuanya berdiri kokoh sekan-akan menjadi pasak bumi Pulau Jawa.


JALUR BATU RADEN

Dari kota Purwokerto menuju tempat wisata Batu Raden menempuh jarak 15 km arah utara dan dapat ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan Angkutan umum. Batu Raden yang merupakan daerah wisata yang terkenal dengan Pancuran Telu dan Pitu ini berada di ketinggian 760 mdpl. Pancuran tersebut merupakan aliran mata air panas yang mengandung belerang. Jalur ini merupakan jalur tersulit dan jarang dilalui pendaki.
Selepas pal Taman Wisata Batu Raden, lintasan berbelok ke kanan dan menurun. Dalam perjalanan menuju pos I banyak ditemui cabang lintasan, yang merupakan jalan tikus yang banyak dibuat oleh penduduk setempat. Di tengah perjalanan pendaki akan melewati sebuah sungai. Setelah itu lintasan kembali datar dengan sajian jurang yang menganga pada sisi kanan lintasan. Untuk sampai di pos I dibutuhkan waktu selama 3 jam.

Selepas pos I lintasan mulai menanjak dengan sajian hutan yang rimbun dan asri, selama 2 jam. Untuk sampai di pos III dibutuhkan waktu selama 3 jam dengan lintasan yang tidak begitu menanjak. Vegetasi di pos III masih dalam kungkungan hutan hujan Tropis. Selepas itu pendaki akan melipir pada sebuah punggungan tipis yang berada di ketinggian 1664 mdpl. Daerah tersebut bemama Igir Leiangar. Selepas pos IV, tepatnya di puncak Gunung Malang, akan ditemui persimpangan dengan jalur Kaliwadas. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju ke Plawangan, lalu berbelok ke kanan menuju puncak Slamet.
{tryman}

MOUNTAIN CLIMBING LANE SLAMET


Mount Slamet is the highest mountain in Central Java and is the second highest mountain in the P. Java with an altitude of 3.432m. During the first exploration of the world that Sir Frances Drake when he saw Mount Slamet, immediately directed his boat and dock in Cilacap.

Mt. Slamet can climb through the 3 points, through Kaliwadas west, Batu Raden through the south and east through the Cinnamon. Of the three closest point is the Cinnamon, beautiful scenery but also the number of wild monkeys can be found in their journey to the top slamet.

BAMBANGAN LANE

Line Cinnamon is a very popular route and is the most common point climb. Cinnamon is the shortest route than the route and Kali Batu Raden Wadas. From Purwokerto city bus to the destination Purbalingga and continued by bus to the weight loss goal Serayu sari. Travel connected with rural transport trucks to the village of Cinnamon, the last village at the foot of Mount Slamet.

In this hamlet berketinggian 1279 mdpi pedestrians can check back and take care of administrative tools ascent. First to post the condition of umbrellas with a steep turn right direction. Climber will pass through a field population for 1 hour. Umbrella is the postal mail that resembles climbing a giant umbrella and is still in the middle of the plantation population. After climbing into the cabin Walang umbrellas keep track very slippery and steep in the middle of a tropical rain forest environment, for less lebih2 hours. Walang cabin after, the field is still as before, the road is still rising in the panorama of a very dense forest and beautiful, for about 2 hours to Pondok Pine. As the name suggests, this cottage is surrounded by pine trees covered with moss fir. Pine Samaranthu cabin after climbing on to post. For about 2 hours with steady over the road and dense woods.

Climbers will pass Sanghiang Rangkah which is a bush with a beautiful Adelweiss around, and sometimes find strawberries in the middle of the tree blocking the mountain road. Climbers also be passed Sanghiang Jampang very beautiful to see the sunrise. Approximately 30 minutes later climbers would arrive in Plawangan.

Plawangan (mace-door) is the door to the top Slamet. From this place climbers will be able to enjoy the natural panorama that stretches to the east. After street Plawangan attractive and challenging, but the sedimentation of sand and lava rock that easily slide along the track, on either side of the cliff and no one tree that can be used as handles.

In this area often storm the mountain, so climbers are advised to climb in the morning. Most climbers leave their goods below, to lighten the load. From Plawangan to the top takes 30 - 60 minutes. From here climbers can see the top Slamet so large and spread of a huge caldera and the stunning, commonly called Segoro Wedi.

KALIWADAS LANE

Kaliwadas is a hamlet berketinggian 1850 and entered the area Dawehan Village mdpi, District Sirampog, Brebes, or rather is on the southwestern slopes of Mount Slamet. Kaliwadas to bring to the city for use Bumiayu Pangasinan Rural Transportation Colt kind that takes 2 hours. Pangasinan arrived at the market, continue to travel using Kaliwadas Jeep hardtop or using public transport that operates open until 18:00.

Climbers can prepare all the provisions and the licensing of this Kaliwadas. About 300 m after the village street, climbers directed toward the path. An hour later climbers will pass the local Holy Tuk interpreted as sacred springs. In the Holy Tuk has dammed the flow of water, which serves as the village water underneath. After the Holy Tuk, the field began to climb through the halls of a small bamboo plant. Population about call Pringgodani. Sixty minutes later climbers would arrive at the cottage Growong.

Growong cottage is a good place to set up a tent. In this area many large trees where there are holes big enough. After the cabin is relatively flat trajectory Growong to a small bridge called the park Wlingi, which is at an altitude of 1953 mdpl. In this area there is an intersection, the straight and wide to the Well Penganten. 500 m away from the region is a source of water, which is also a sacred place where many pilgrims who came to ask for blessings.

The road to the left is the road leading to the summit. The situation increasingly uphill road. Along the road from a lot of fallen trees and found the tree stinger. Trajectory sometimes covered with bushes so that the climber must be vigilant so as not to get lost. Trajectory started again widened when climbers past the intersection of Sweet Igir mdpl located in 2600. In this area will be found Adelweiss plants and strawberry plants. After that climbers will reach Igir Tjowek located at an altitude of mdpl 2750. This region is the region of Mount Malang. Here is the meeting point jalaur Baturaden. A few yards later before the climbers arrive at Plawangan.

Plawangan is a fairly flat land in the open, and boundary vegetation. Go to the top takes about 2 hours. Climbers could leave early to enjoy the surrounding peaks and in good weather. After Plawangan sharper trajectory until it reaches the point of climbing 60. The next state of the track with the field of severe volcanic rocks semakfn an easy slide. The smell of sulfur from the crater stung when climbers reached the top of the picture. Once in this area, climbers stay at gigir melipir crater towards the east.

After passing Surono monument in the form of piles of stones, climbers will reach the highest peak of Mount Slamet marked with stakes and tower triangulation. First place is also used to monitor the activity of this volcano. At the second highest peak after this Java climbers can see the landscape in the east. There are peaks like Mount Sumbing, Sundoro, Merbapu, Merapi, and the peak Ciremai the west. Overall the bag upright pegs earth will be Java.

{TRYMAN}

jalur pendakian gunung merapi


Gunung Merapi (2.968 m.dpl) adalah salah satu gunung api yang mempunyai daya rusak yang tinggi dan paling aktif diantara 75 gunung api yang terletak di Indonesia serta merupakan gunung terganas di dunia. Salah satu ciri khas dari Gunung Merapi adalah pada saat terjadi letusan menghasilkan awan panas (glowing avalanches), yang oleh penduduk setempat disebut Wedus Gembel (sejenis kambing Jawa), awan panas ini mempunyai suhu sekitar 1.000 °C yang turun berbentuk bulatan keriting mirip kambing.

Ciri khas lain dari Gunung Merapi ini adalah pembentukan kubah lava yang bisa mencapai ratusan meter kubik perhari, yang terbesar jumlahnya sepanjang sejarah terjadinya letusan gunung berapi didunia. Letusan besar terakhir terjadi pada akhir tahun 1993 yang menyebabkan puluhan penduduk disekitar lereng meninggal karena diterjang lahar panas dan awan Panas.

Sebagai akibat gunung ini banyak penduduk di sekitar lereng Gunung Merapi di pindahkan ke tempat lain. Gunung Merapi terletak di perbatasan Yogyakarta (30 Km), Kabupaten Magelang (25 Km) dan Kabupaten Klaten (17,5 Km). Gunung Merapi ini sering di tutup untuk pendakian karena sering menunjukkan gejala letusan yang tiba - tiba.

Walau begitu, gunung ini hampir tidak pernah sepi dari pendaki, bahkan pada hari minggu banyak sekali pendaki yang datang. Untuk mencapai puncak Gunung Merapi kita bisa melewati dua jalur utama, lewat Kinaharjo/Kaliurang dan lewat Selo/Boyolali, tetapi Jalur pendakian Kaliurang di tutup sementara sejak Bulan Nopember 1995.
Jalur Selo
merapi

Untuk mencapai Desa Selo dari Kota Yogyakarta kita naik bus menuju ke Magelang, turun di Desa Blabak, dan dilanjutkan naik minibus atau kendaraan barang ke jurusan Selo. Sebaiknya diperhatikan, diatas pukul 17.00 WIB kendaraan dari Blabak ke Selo mulai jarang beroperasi. Sebenarnya Selo lebih mudah dicapai dari arah Solo-Boyolali, karena dari Boyolali, ada angkutan yang langsung menuju Selo.

Desa Selo (1.560 m.dpl) saat ini menjadi gerbang pendakian utama. Desa Selo terletak dipelana Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Desa ini mempunyai panorama alam yang indah karena letaknya yang strategis. Penduduk desa ini sebagian besar bertani sayuran dan tembakau. Di desa ini juga terdapat tempat wisata gua yang mempunyai tempat pertapaan, terletak 300 meter dari Pos Polisi Selo.

Awal pendakian ke puncak Gunung Merapi dari Selo, kita berjalan menuju jalanan yang terletak disebelah Losmen Agung Merapi menuju Kampung Plalangan (1.630 m.dpl), Kampung terakhir untuk mencapai puncak Gunung Merapi. Sebelum melakukan perjalanan ke puncak di Kampung Plalangan kita bisa menginap terlebih dahulu di rumah KamiTuwo, Bapak Suwito dengan biaya sukarela saja dan esok paginya kita teruskan per jalanan.

Dari Plalangan perjalanan dilanjutkan mengikuti jalan desa menuju lapangan parkir yang merupakan Pos I. Pos ini bisa dicapai dengan mobil, tetapi sebaiknya mobil di Parkir di Plalangan karena lebih aman dan menjelang Pos I terdapat longsoran. Jarak antara Losmen sampai Pos I adalah 2,3 km, yang dicapai dengan 45 menit berjalan kaki.

Perjalanan dilanjutkan menuju Pos II yaitu Selokopo Bawah (2.040 m.dpl) selama 1,5 jam perjalanan. Dari Selokopo bawah kita menuju Selokopo Atas (2.283 m.dpl) sekitar 1 jam, menyusuri jalan tanah dan berbatu. Dari Selokopo Atas perjalanan diteruskan menyusuri jalan berbatu selama 1.5 jam, kita akan sampai di Pasar Bubrah (2.450 m.dpl).

Pasar Bubrah menurut keyakinan masyarakat di sekitar gunung ini, merupakan tempat setan atau memedi. Dari sini perjalanan diteruskan selama 2,5 jam melalui jalan yang sangat menanjak dan berbahaya menuju ke Puncak Garuda (2.911 m.dpl). Total Perjalanan dari Selo sampai ke puncak memakan waktu 5-6 jam dan turunnya membutuhkan waktu 3 - 4 jam per jalanan.

Pemandangan di Puncak Garuda sangat menakjubkan sekaligus mengerikan, gemuruh kawah dan asapnya serta tebing batu di sekitar kawah nampak menyeramkan. Tetapi dari puncak ini kita bisa saksikan kota-kota di kaki-kaki gunung seperti Yogyakarta, Boyolali dan Magelang, pesisir Lautan Hindia di kaki langit. Kalau beruntung, kita bisa menyaksikan matahari terbit yang kemerahan diufuk timur yang merupakan panorama alam yang sungguh menakjubkan.

Untuk pendakian 2 (dua) gunung sekaligus (Climbing party, biasanya jalur yang dipakai adalah Kopeng - Puncak Merbabu - Selo - Puncak Merapi dan kembali ke Selo ( atau ke Kaliurang kalau sudah dibuka kembali).

Jalur Kaliurang (900 m dpl) Untuk menuju Desa Kaliurang, dari Jogyakarta dapat digunakan minibus. Desa Kaliurang terletak di bawah kaki Gunung Merapi dengan alam yang hijau segar sehingga banyak dikunjungi untuk berbagai tujuan antara 33 lain: rekreasi, pendakian ke Gunung Merapi, seminar ataupun jalan-jalan ke Observatorium Gunung Merapi di Plawangan (1.265 m dpl), dimana kita dapat menyaksikan dengan lebih dekat kegiatan Gunung Merapi.

Desa Kaliurang sebelum ditutup sementara dan dinyatakan sebagai daerah terlarang pada bulan November 1995, merupakan gerbang utama pendakian Gunung Merapi dari arah selatan. Kaliurang merupakan daerah wisata yang terkenal, terletak sekitar 25 km sebelah utara kota Yogyakarta. Untuk menikmati pemandangan Gunung Merapi tersedia gardu pandang dimana kita bisa membuat foto panorama dan menyaksikan lelehan lava berwarna merah dimalam hari.

Di Kaliurang sebelum ditutup sementara dan dinyatakan sebagai daerah terlarang pada bulan November 1995, merupakan gerbang utama pendakian Gunung Merapi dari arah selatan. Kaliurang merupakan daerah wisata yang terkenal, terletak sekitar 25 km sebelah utara kota Yogjakarta. Untuk menikmati pemandangan Gunung Merapi tersedia gardu pandang dimana kita bisa membuat foto panorama dan menyaksikan lelehan lava bewarna merah dimalam hari.

Di Kaliurang ini juga terdapat homestay yang sangat terkenal di luar negeri karena merupakan pusat informasi pariwisata dunia yang cukup lengkap, yaitu Vogel Hostel.Kita bisa menemui pemilik Vogel, Pak Christian Awuy yang akan dengan senang hati memberikan informasi tentang Gunung Merapi dengan gratis.

Dari Kaliurang perjalanan kita teruskan menuju Kinaharjo melalui jalan desa, yang ditempuh selama 30 menit. Untuk menuju Kampung Kinaharjo dapat juga dicapai dengan kendaraan umum dari Pakem (4 Km sebelum Kaliurang dari Yogyakarta). Di Kampung Kinaharjo kita bisa menemui juru kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan, yang banyak dikenal para pendaki, untuk mendapatkan informasi dan cerita tentang Gunung Merapi.

Perjalanan dari Kinaharjo kita teruskan melalui jalan yang agak menanjak, setelah 1 jam kita akan menemukan Pondok untuk berhenti melepas lelah, dan dari sini kita bisa melihat puncak Gunung Plawangan (1.260 m.dpl) yang merupakan tempat pengamatan Gunung Merapi (Pos Vulkanologi).

Dari Pondok, perjalanan kita teruskan selama 1,5 jam melalui sebuah Monumen Anti Nuklir menuju kawasan Pasir Hitam sisa letusan Gunung Merapi. Perjalanan selama 1 jam dari Pasir Hitam kita akan sampai dibatas hutan dimana banyak ditemui pohon-pohon cemara. Perjalanan kita lanjutkan selama 2 jam ke pertigaan menuju ke kawah, berupa bekas lelehan lava yang sudah mengeras.

Dari pertigaan, jalan yang dilalui curam menanjak, dan berkerikil yang bercampur dengan pasir. Perjalanan lurus ke puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam dan kekiri menuju ke kawah Gunung Merapi memakan waktu 1 jam per jalanan.Total pendakian membutuhkan waktu 9 - 10 jam dan turunnya memakan waktu 4 - 5 jam perjalanan. Secara umum pendakian lewat Kaliurang lebih berat dan lama, tetapi lebih populer karena mudah dicapai dari Yogyakarta.

MOUNTAIN CLIMBING LANE OF MERAPI


Mount Merapi (2968 m.dpl) is one of the volcanoes that have high destructive force among the 75 most active volcano is active in Indonesia and is the world's mountain terganas. One characteristic of Mount Merapi is the time of the eruption produced a cloud of hot (glowing avalanches), which the locals called wedus Gembel (a type of goat Java), this hot clouds have temperatures of about 1000 ° C which falls shaped like a goat curly point .

Another characteristic is the formation of Mount Merapi lava dome that could reach hundreds of cubic meters per day, the largest number in the history of volcanic eruptions on Earth. The last major eruption occurred in late 1993 that led to dozens of people died near the slopes exposed to the hot lava and hot clouds.

As a result of this mountain, many people around the slopes of Mount Merapi on the move to another place. Mount Merapi is located on the border of Yogyakarta (30 Km), Magelang District (25 Km) and the Klaten District (17.5 Km). Mount Merapi is often closed to climbing due to the eruption is often without symptoms who arrived - arrived.

However, the mountain is almost never empty of climbers, even on the day of the week that many climbers come. To reach the summit of Mount Merapi we can through two main channels, through Kinaharjo / Kaliurang and through Selo / Boyolali, but the increase in temporary shut Kaliurang point because, in November 1995. Line Selo merapi

To reach the village from the city of Yogyakarta Selo we took a bus headed to Magelang, Blabak down at the Village, and followed up minibuses or goods vehicles for the department Selo. It should be noted, at 17.00 pm on the vehicle from Blabak Selo to start rarely operate. Selo is more easily achieved than Solo-Boyolali, because Boyolali, there is direct transport to Selo.

Village Selo (1560 m.dpl) is now the main climb the gate. Selo village located dipelana Mount Merapi and Mount Merbabu. The village has a beautiful natural panorama because it was strategic. The villagers mostly vegetables and tobacco farming. In this village there are places that have tourist cave hermitage, which is located 300 meters from the Postal Police Selo.

Initial climb to the top of Mount Merapi from Selo, we walked to the road adjacent to the Grand Inn Merapi Plalangan Village (1630 m.dpl), the last village to reach the summit of Mount Merapi. Before the trip to the top in Kampung Plalangan we can stay at home first KamiTuwo,

Mr. Suwito only with the voluntary cost and the next morning we went on the road. From travel Plalangan continue to follow the village road to the parking lot that is I. This postal mail can be reached by car, but we recommend parking in the car in Plalangan for more secure and late post I've avalanches. The distance between the inn until the post I is 2.3 km, which is achieved with a 45 minute walk.

The journey continues into the post Second Selokopo Down (2040 m.dpl) during the 1.5 hour drive. From the bottom we headed Selokopo Top Selokopo (2283 m.dpl) about 1 hour, down the dirt roads and rocky. From the Top Selokopo trip down the gravel road continues for 1.5 hours, we will reach the market Bubrah (2450 m.dpl).

Bubrah market confidence by the people in the surrounding mountains, is where the devil or memedi. From here the journey continues for 2.5 hours through a very uphill road, and dangerous to the Garuda (2911 m.dpl). The total trip from Selo to the summit takes 5-6 hours and the descent takes about 3 - 4 hours each way.

The scene in Puncak Garuda amazing and scary, rumbling craters and smoke and the rocks around the crater looks scary. But from above we can see the cities at the foot of the mountain like Yogyakarta, Boyolali and Magelang, the Indian Ocean coast at the foot of the sky. With a little luck, we could see the red rising sun east diufuk stunning natural scenery.

To climb the 2 (two) of the mountain at the same time (Climbing party, usually used is the path Kopeng - Peak Merbabu - Selo - the peak of Merapi and return to the Selo (or to Kaliurang when opened again).

Line Kaliurang (900 m above sea level) to the village of Kaliurang, from Jogyakarta can use the minibus. Kaliurang village is situated at the foot of Mount Merapi with natural fresh green often visited for various purposes among 33 others: recreation, hiking to Mount Merapi, a seminar or a trip to Mount Merapi Observatory in Plawangan (1265 m asl), where we can look more closely activity of Mount Merapi.

Kaliurang village before temporarily closed and declared a prohibited area in November 1995, is the main gate ascent of Mount Merapi from the south. Kaliurang is a famous tourist area, located about 25 km north of Yogyakarta city. To enjoy the view of Mount Merapi are viewing post where we can create panoramic images and see the red lava at night.

In Kaliurang before temporarily closed and declared a prohibited area in November 1995, is the main gate ascent of Mount Merapi from the south. Kaliurang is a famous tourist area, located about 25 km north of Yogyakarta city. To enjoy the view of Mount Merapi are viewing post where we can create panoramic images from bewarna and watch the red lava at night.

In this Kaliurang homestay abroad who are well known as a tourist information center in the world that is complete enough, which is able to meet the owner Hostel.Kita Vogel Vogel, Mr. Christian Awuy will be happy to provide information about the Mount Merapi for free.

From Kaliurang we continue to travel through the village streets Kinaharjo, who traveled for 30 minutes. To reach the village Kinaharjo can also be reached by public transportation from Pakem (4 Km before Kaliurang from Yogyakarta). In the village we can see caregivers Kinaharjo Mount Merapi, Mbah Marijan, a little known climber, to get information and stories about Mount Merapi.

Travel from Kinaharjo us through a little path to the top, after 1 hour we will find a cottage for a rest stop, and from here we could see the summit of Mount Plawangan (1260 m.dpl) which is an observation of Mount Merapi (Pos Volcanology).

From the cottage, we will continue during the 1.5 hour journey through the Anti-Nuclear Monument to the Black Sands area remains the eruption of Mount Merapi. 1 hour drive from Black Sand we will achieve a lot in the forest where pine trees dibatas. Continuing our journey for 2 hours to the intersection leading to the crater, lava has hardened former.

From the T-junction, steep road to climb, and gravel mixed with sand. Straight trip to the summit takes about 2 hours and left to the crater of Mount Merapi takes 1 hour per jalanan.Total require 9-10 hours of climbing and descent takes time 4 - 5 hours trip. In general, climbing through Kaliurang heavier and longer, but more popular because of easy access to the Yogyakarta.

[TRYMAN]

jalur pendakian gunung lawu


Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu.

Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima. Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu "Punden Berundak", Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih.
gunung lawu

Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.

Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.

Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya.
lawu

Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah.

Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan berhenti di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib.

Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini.
Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu

Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya.

Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu.

Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang.

Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat "ilmu". Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam.

Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit.

Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis.
Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang

Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi.

Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl).

Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem.
Perlengkapan dan Tips

Perjalanan Pendakian ke Gunung Lawu jika melalui Cemoro Kandang membutuhkan waktu 8-9 jam dan 5-6 untuk turun, sedang dari Cemoro Sewu dibutuhkan waktu 6-7 jam untuk pendakian dan 4-5 jam untuk turun. Pakaian yang tahan angin dan tahan air serta peralatan untuk tidur sebaiknya dibawa untuk kenyamanan perjalanan pendakian.

Kalau ingin pendakian anda tidak terlalu ramai maka sebaiknya melakukan pendakian pada hari-hari biasa (senin-Jumat)
Perijinan dan Pemanduan

Untuk perijinan pendakian ke Gunung Lawu sampai saat ini masih belum ada keharusan ijin yang resmi dari instansi-instansi yang memangku daerah pendakian ini, dan anda cukup mendaftarkan diri ke petugas yang ada di pos pendakian Cemoro Kandang atau ke Bapak Sardi Kamituwo di desa Cemoro Sewu serta meninggalkan kartu pengenal diri.
{tryman}

MOUNTAIN CLIMBING LANE OF LAWU


Mount Lawu (3265 m) stand firm diperbatasan between Central Java and East Java, many save a million mysteries and legends. In the legend of Mount Lawu believed to be the place or Raden Lawu Brawijaya bertapanya known as Sunan retired from the Majapahit kingdom, and he believed as being the ruler of Mount Lawu.

Mount Lawu also has a crater whose name is known that Condrodimuko crater, believed to society as a puppet character Raden Gatutkaca brew, one of the Five Pandavas. The mountain is also a lot of holy places, among others Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Market Dieng, Stone monument "Punden berundak", Selayur warehouse, Yellow Lake and many more. Mount also closed Edelweis flowers pink, yellow and white.

Mount Lawu mystery in each of the three main peaks and a good place dimitoskan as sacred places in Java. The price is believed to be the king Dalem Bhrawijaya Pamungkas pamoksan, believed to Dumiling Price Sabdopalon Ki pamoksan place, and the price Dumilah mysterious place that is often used as an arena to capacity if the mind and meditation.

Every person who wants to go to the top must understand the various restrictions are not written to not do something, they are actions or words. When the ban was violated in the perpetrator believed bad luck. Other places that are believed by local residents mysteriously namely: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Jalatunda Well, Crater Candradimuka, Repat Hot / Cakrasurya, and Pringgodani.

Villages and hamlets Cemoro Sewu Cemoro cage is only about 1 km up to the top Lawu gate, or better known as the Argo Dumilah, located not far from the city and across the highest road on the island of Java, which is about 1878 meters above sea level. Because of its location, easily accessible, this Lawu Mountain climbers often visited on Sundays and public holidays. Even in the month of Suro (new year according to the Javanese calendar), we will see that they are not only to climb to the mountaintop Lawu, but also many of them pilgrims, hermits and various other purposes.

Both gate area Lawu climbing is a saddle-shaped area between Sarangan tourist destination famous for its lakes and waterfalls Tawangmangu. Both South line is the most traveled since the road is easy and very beautiful scenery.

To reach this area. From the direction of Surabaya to Madison Magetan forwarded to the bus, then ride a horse to Sarangan (1286 m.dpl), from here we took the Colts to the department or Tawangmangu Cemoro Sewu Cemoro Cage. If the Solo, we took a bus to Tawangmangu (1000 m.dpl), then take the Colts stopped the Cemoro Sarangan Cage or Cemoro Sewu. Public transportation / Colts from Tawangmangu to Sarangan or the other direction rather difficult to find starting at 16:00 AM.

All public facilities such as hotels, telecom shops is the nearest tourist areas Sarangan located 5 kilometers from Cemoro Sewu or in Tawangmangu is also a tourist place. However, we can live in people's homes. We also can meet the logistical needs of the store next to the village gate to climb in this climb. Gate East Java, through the Village Cemoro Sewu

Sewu Cemoro Village (1800 m above sea level) sub Plaosan Magetan is climbing the gate of the East Java road is a very fertile area. Areas inhabited by 20 families main livelihood is agriculture was green and clean, very soothing eye of the beholder.

Population is very harmonious, such as mutual assistance, friendly to the settlers and very concerned with cleanliness lingkunganya, evidenced by the acquisition of East Java trophy in 1991 and Kalpataru for Environmental devotee category in 1992 by Mr. Sardi Kamituwo Sewu Cemoro village.

The road starts from Cemoro Sewu (1800 m.dpl) This is the most often used to climb, 6.5 km long, a paved road from the village to near the top. In this village we Sewu Cemoro water preparing to travel up and down. We will pass through forests of pine and acacia in the left and right to a height of ca. 3000 m above sea level. In this hike we will pass through 4 pieces at an altitude 2100 m, 2300 m, 2500 m and reached the post IV with 2800 m altitude above sea level with a time 4 - 5 hours. After low-tree IV post until the beginning we have been in along a ridge, flat, dirt road on the right side there is the abyss.

Approximately 10 minutes we will arrive at Sendang Drajat, water sources are considered sacred by the pilgrims. In this area usually used for imprisoned by people who believe that will get the "science". Here is a 2-meter wide cave that we can use for overnight.

In front of the cave there was a hole about a meter which can sometimes be found in the water. If you do not want to live in Sendang Drajat, we can continue to Argo Dalem, by passing the ridge of the hill about 30 minutes, we'll find on the left fork into the top right Dumilah Argo (3265 m asl) is on the right to Argo Dalem (3148 m asl). From this meeting, to the top of Argo Dumilah only takes 10 minutes.

Square Argo Dalem bervegetasi open expanse of desert shrubs, allows us to look up and kelembah below. The main cabin is usually no purpose pilgrims who come, complete with things to offer the top of Mount Lawu hilly terrain and there Trianggulasi point. From the top we can enjoy the view very interesting. In addition to sunrise, when we looked toward the west, would seem the top of Mount Merapi and Merbabu,

central Javanese village gate cage cemoro


The road starting from the village Cemoro Cage, length about 12 km, is the most often used to climb, because not too many on the hill and the scenery is very beautiful. Climb the gate at the stalls there, also to add logistics, water must also be prepared to travel here to come down again.

We began the journey through the acacia and pine forests with the condition of gravel roads around 1.5 hours, we arrived at Taman Sari positive. Then we passed a dirt road from fir and pine forests for about 30 minutes to meet with postal II Taman Sari Top. From here we are still combing the woods and hills, after a 2.5 hour journey later we arrived at the post Penggik III (2760 m above sea level).

From here we penggik to post with Cokrosuryo IV through the forest, and then combing the hills, we are on the left side of the cliff, it will take approximately 1.5 hours. If you do not want to live in Cokrosuryo we can continue to Argo Dalem with travel time approximately 2 hours. On the way to the Argo Dalem, we will see a damaged post kekanan fork to Argo Dumilah and directly to Argo Dalem.

Equipment and Travel Tips.

Ascent to Mount Lawu if through Cemoro Cage takes 8-9 hours and 5-6 to fall, because of Cemoro Sewu takes 6-7 hours for ascent and 4-5 hours to come down. Clothing windproof and waterproof and equipment for the comfort of sleep should be taken for the climb.

If you want to climb is not too busy then you must make the climb on a weekday (Monday-Friday)

Licensing and scouting.

for permission to climb Mount Lawu till now still no formal requirement that allows agencies to take this climbing area, and you can simply register at postal clerk in the cage or climbing Cemoro Mr. Sardi Kamituwo in the village and left Cemoro Sewu identity card.

[TRYMAN]

jalur pendakian gunung penanggungan


Gunung Penanggungan 1.653 m dpl, terletak di perbatasan Pasuruan dan Mojokerto. Jika anda melakukan perjalanan darat dari Surabaya menuju Malang, selepas keluar dari Jalan Tol Gempol, akan terlihat sosok Gunung Penanggungan dengan kondisi puncaknya yang tandus, terlihat seperti sosok Mahameru (puncak Gunung Semeru), sebagian menandainya sebagai miniatur Mahameru.

Dengan ketinggian sekitar 1.653 m dpl (meter dari permukaan air laut), puncak Gunung Penanggungan terdiri dari batuan cadas dan jarang ditumbuhi pepohonan, sehingga dari jauh terlihat botak. Secara administratif kawasan hutan gunung penanggungan berada pada wilayah perlindungan KPH Pasuruan.

Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 - 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar sekitar 15 - 25 derajat. Mengingat suhu seperti ini, maka untuk lebih amannya dari gangguan udara dingin, tiupan angin yang kencang dan hujan, para pendaki disarankan berlindung di dalam Gua Botol yang mampu menampung sekitar 15 orang. Gua ini baru saja diketemukan. Letaknya sekitar 500 m dari puncak Gunung Penanggungan menurun ke arah Barat. Pintu gua ada 2 buah. Satu lubang dari atas dapat tembus sinar matahari. Ruangan gua berbentuk L. Pintu menghadap ke Utara dan Selatan. Rongga gua lebih kurang 2 m.

gunung penanggungan

Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegakan pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman empon-empon seperti kunir, laos, jahe dan bunga-bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi cali-andra, yang bercam-pur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak men-dominasi, tumbuh lebat hampir menu-tup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput gebutan. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput gebutan yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan.

Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung-gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 - 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 -50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang-jurang dengan kemiringan berkisar 50 -60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang 2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5 km. sampai di puncak, batu-batu padas nampak di sana-sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari.

Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 (empat) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi-candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala.
1. Jalur Trawas

Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke desa Rondokuning (6 km) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju \nke puncak Penanggungan dengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah-celah lebatnya pohon kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat angker. Rumah-rumah penduduk, pabrik-pabrik, sawah-sawah terlihat di bawah.
2. Jalur Jolotundo

Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km. Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan (6,5 Km). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan-kiri terdapat pohon-pohon besar. Hati-hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan. PPLH Seloliman

PPLH Seloliman Bila waktu memungkinkan, sempatkanlah mengunjungi PPLH Seloliman - Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman - yang terletak di Desa Seloliman Trawas. PPLH Seloliman, adalah Lemabaga Swadaya Masyarakat (NGO) yang bergerak pada penyadaraan masyarakat terhadap pentingnya wawasan lingkungan hidup melalui berbagai macam metode pendidikan. PPLH Seloliman juga menyediakan paket program ekowisata, salah satunya adalah pendakian gunung penanggungan, di pusat kampusnya juga terdapat cottage/bungalow yang disediakan untuk pengunjung. Saya sarankan anda membuat rencana kunjungan ke tempat ini sebagai salah satu paket wisata anda.

Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjnag seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan Desa Balekambang.

Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat dari batu andesit.

Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm.

Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak.
3. Jalur Ngoro

Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto. Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah Mojokerto naik minibus menju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong (6Km) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting Sebagaian Besar penduduknya suku Madura.

Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat mi\nring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo.
4. Jalur Pandaan

Untuk mencapai Pandaan sangat mudah karena terletak di Jalan yang di lintasi Bis Malang - Surabaya.
Pemanduan dan Perijinan

Untuk melakukan pendakian ke Gunung Penanggungan terlebih dahulu minta ijin di KPH Pasuruan. Untuk mencari pemanduan ke Gunung Penanggungan bisa di cari di PPLH Seloliman dan di sini tersedia penginapan. Sebaiknya sebelum melakukan pendakian perbekalan harus di sediakan secara baik serta Peta dan kompas harus di bawa karena lereng gunung yang curam serta banyaknya jalan bercabang menyebabkan mudahnya kita tersesat
{tryman}

About Me

visitor

free counters
LEARNING WITH NATURE, THEN YOU WILL KNOW WHO THE REAL YOU

Followers


Masukkan Code ini K1-3E9AC2-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
 

Copyright © 2009 by TEAM KEPARAT SHOWS INDONESIAN TOURISM DESTINATION